Banyak dari kita yang semakin mengagungkan keilmuan yang seakan
bersumber dari luar negri, pada kesempatan ini saya ingin mengajak
untuk sejenak menengok kebudayaan kita symbol SEMAR, saya kutip dari
artikel yang menarik sebagai bahan pembelajaran kita.
Sebelumnya mari kita sejenak merenung, kenapa kita harus terlahir ?
Semar dalam bahasa Jawa (filosofi Jawa) disebut Badranaya
Bebadra = Membangun sarana dari dasar
Naya = Nayaka = Utusan mangrasul
Artinya : Mengembani sifat membangun dan melaksanakan perintah Allah
demi kesejahteraan manusia
Domisili semar adalah sebagai lurah karangdempel / (karang = gersang)
dempel = keteguhan jiwa.
Rambut semar "kuncung" (jarwadasa/pribahasa jawa kuno) maknanya
hendak mengatakan : akuning sang kuncung = sebagai kepribadian
pelayan.
Semar sebagai pelayan mengejawantah melayani umat, tanpa pamrih,
untuk melaksanakan ibadah amaliah sesuai dengan sabda Ilahi.
Semar berjalan menghadap keatas,
maknanya : "dalam perjalanan anak manusia perwujudannya ia memberikan
teladan agar selalu memandang keatas (sang Khaliq ) yang maha
pengasih serta penyayang umat".
Kain semar Parangkusumorojo: perwujudan Dewonggowantah (untuk
menuntun manusia) agar memayuhayuning bawono : mengadakan keadilan
dan kebenaran di bumi.
ciri sosok semar adalah
Semar berkuncung seperti kanak kanak,namun juga berwajah sangat tua
Semar tertawanya selalu diakhiri nada tangisan
Semar berwajah mata menangis namun mulutnya tertawa
Semar berprofil berdiri sekaligus jongkok
Semar tak pernah menyuruh namun memberikan konsekwensi atas
nasehatnya
Dari tokoh Semar wayang ini akan dapat dikupas ,dimengerti dan
dihayati sampai dimana wujud religi yang telah dilahirkan oleh
kebudayaan Jawa .
Gambar tokoh Semar nampaknya merupakan simbol pengertian atau
konsepsi dari aspek sifat Ilahi, yang kalau dibaca bunyinya katanya
ber bunyi:
Semar (pralambang ngelmu gaib) - kasampurnaning pati.
Gambar kaligrafi jawa tersebut bermakna :
Bojo sira arsa mardi kamardikan, ajwa samar sumingkiring dur-kamurkan
Mardika artinya "merdekanya jiwa dan sukma",
maksudnya dalam keadaan tidak dijajah oleh hawa nafsu dan
keduniawian, agar dalam menuju kematian sempurna tak ternodai oleh
dosa.
Manusia jawa yang sejati dalam membersihkan jiwa (ora kebanda ing
kadonyan, ora samar marang bisane sirna durka murkamu)
artinya : "dalam menguji budi pekerti secara sungguh-sungguh akan
dapat mengendalikan dan mengarahkan hawa nafsu menjadi suatu kekuatan
menuju kesempurnaan hidup".
Dalam Etika Jawa disebutkan bahwa Semar dalam pewayangan adalah
punakawan " Abdi " Pamomong " yang paling dicintai.
Apabila muncul di depan layar, ia disambut oleh gelombang simpati
para penonton.
Seakan-akan para penonton merasa berada dibawah pengayomannya.
Simpati para penonton itu ada hubungannya dengan mitologi Jawa atau
Nusantara yang menganggap bahwa Semar merupakan tokoh yang berasal
dari Jawa atau Nusantara.
Ia merupakan dewa asli Jawa yang paling berkuasa.
Meskipun berpenampilan sederhana, sebagai rakyat biasa, bahkan
sebagai abdi, Semar adalah seorang dewa yang mengatasi semua dewa.
Ia adalah dewa yang ngejawantah " menjelma " ( menjadi manusia ) yang
kemudian menjadi pamong para Pandawa dan ksatria utama lainnya yang
tidak terkalahkan.
Ia merupakan pribadi yang bernilai paling bijaksana berkat sikap
bathinnya dan bukan karena sikap lahir dan keterdidikannya .
Ia merupakan pamong yang sepi ing pamrih, rame ing ngawe " sepi akan
maksud, rajin dalam bekerja dan memayu hayuning bawana " menjaga
kedamaian dunia .
Dari segi etimologi, Semar berasal dari sar yang berarti sinar "
cahaya ". jadi Semar berarti suatu yang memancarkan cahaya atau dewa
cahaya, sehingga ia disebut juga Nurcahya atau Nurrasa yang didalam
dirinya terdapat atau bersemayam Nur Muhammad, Nur Illahi atau sifat
Ilahiah.
Semar yang memiliki rupa dan bentuk yang samar, tetapi mempunyai
segala kelebihan yang telah disebutkan itu.
Mari kita kupas pemahamannya di dalam batin masing-masing, dengan
memberdayakan "rasa".
Banyak dari kita yang semakin mengagungkan keilmuan yang seakan
bersumber dari luar negri, pada kesempatan ini saya ingin mengajak
untuk sejenak menengok kebudayaan kita symbol SEMAR, saya kutip dari
artikel yang menarik sebagai bahan pembelajaran kita.
Sebelumnya mari kita sejenak merenung, kenapa kita harus terlahir ?
Semar dalam bahasa Jawa (filosofi Jawa) disebut Badranaya
Bebadra = Membangun sarana dari dasar
Naya = Nayaka = Utusan mangrasul
Artinya : Mengembani sifat membangun dan melaksanakan perintah Allah
demi kesejahteraan manusia
Domisili semar adalah sebagai lurah karangdempel / (karang = gersang)
dempel = keteguhan jiwa.
Rambut semar "kuncung" (jarwadasa/pribahasa jawa kuno) maknanya
hendak mengatakan : akuning sang kuncung = sebagai kepribadian
pelayan.
Semar sebagai pelayan mengejawantah melayani umat, tanpa pamrih,
untuk melaksanakan ibadah amaliah sesuai dengan sabda Ilahi.
Semar berjalan menghadap keatas,
maknanya : "dalam perjalanan anak manusia perwujudannya ia memberikan
teladan agar selalu memandang keatas (sang Khaliq ) yang maha
pengasih serta penyayang umat".
Kain semar Parangkusumorojo: perwujudan Dewonggowantah (untuk
menuntun manusia) agar memayuhayuning bawono : mengadakan keadilan
dan kebenaran di bumi.
ciri sosok semar adalah
Semar berkuncung seperti kanak kanak,namun juga berwajah sangat tua
Semar tertawanya selalu diakhiri nada tangisan
Semar berwajah mata menangis namun mulutnya tertawa
Semar berprofil berdiri sekaligus jongkok
Semar tak pernah menyuruh namun memberikan konsekwensi atas
nasehatnya
Dari tokoh Semar wayang ini akan dapat dikupas ,dimengerti dan
dihayati sampai dimana wujud religi yang telah dilahirkan oleh
kebudayaan Jawa .
Gambar tokoh Semar nampaknya merupakan simbol pengertian atau
konsepsi dari aspek sifat Ilahi, yang kalau dibaca bunyinya katanya
ber bunyi:
Semar (pralambang ngelmu gaib) - kasampurnaning pati.
Gambar kaligrafi jawa tersebut bermakna :
Bojo sira arsa mardi kamardikan, ajwa samar sumingkiring dur-kamurkan
Mardika artinya "merdekanya jiwa dan sukma",
maksudnya dalam keadaan tidak dijajah oleh hawa nafsu dan
keduniawian, agar dalam menuju kematian sempurna tak ternodai oleh
dosa.
Manusia jawa yang sejati dalam membersihkan jiwa (ora kebanda ing
kadonyan, ora samar marang bisane sirna durka murkamu)
artinya : "dalam menguji budi pekerti secara sungguh-sungguh akan
dapat mengendalikan dan mengarahkan hawa nafsu menjadi suatu kekuatan
menuju kesempurnaan hidup".
Dalam Etika Jawa disebutkan bahwa Semar dalam pewayangan adalah
punakawan " Abdi " Pamomong " yang paling dicintai.
Apabila muncul di depan layar, ia disambut oleh gelombang simpati
para penonton.
Seakan-akan para penonton merasa berada dibawah pengayomannya.
Simpati para penonton itu ada hubungannya dengan mitologi Jawa atau
Nusantara yang menganggap bahwa Semar merupakan tokoh yang berasal
dari Jawa atau Nusantara.
Ia merupakan dewa asli Jawa yang paling berkuasa.
Meskipun berpenampilan sederhana, sebagai rakyat biasa, bahkan
sebagai abdi, Semar adalah seorang dewa yang mengatasi semua dewa.
Ia adalah dewa yang ngejawantah " menjelma " ( menjadi manusia ) yang
kemudian menjadi pamong para Pandawa dan ksatria utama lainnya yang
tidak terkalahkan.
Ia merupakan pribadi yang bernilai paling bijaksana berkat sikap
bathinnya dan bukan karena sikap lahir dan keterdidikannya .
Ia merupakan pamong yang sepi ing pamrih, rame ing ngawe " sepi akan
maksud, rajin dalam bekerja dan memayu hayuning bawana " menjaga
kedamaian dunia .
Dari segi etimologi, Semar berasal dari sar yang berarti sinar "
cahaya ". jadi Semar berarti suatu yang memancarkan cahaya atau dewa
cahaya, sehingga ia disebut juga Nurcahya atau Nurrasa yang didalam
dirinya terdapat atau bersemayam Nur Muhammad, Nur Illahi atau sifat
Ilahiah.
Semar yang memiliki rupa dan bentuk yang samar, tetapi mempunyai
segala kelebihan yang telah disebutkan itu.
Mari kita kupas pemahamannya di dalam batin masing-masing, dengan
memberdayakan "rasa".
bersumber dari luar negri, pada kesempatan ini saya ingin mengajak
untuk sejenak menengok kebudayaan kita symbol SEMAR, saya kutip dari
artikel yang menarik sebagai bahan pembelajaran kita.
Sebelumnya mari kita sejenak merenung, kenapa kita harus terlahir ?
Semar dalam bahasa Jawa (filosofi Jawa) disebut Badranaya
Bebadra = Membangun sarana dari dasar
Naya = Nayaka = Utusan mangrasul
Artinya : Mengembani sifat membangun dan melaksanakan perintah Allah
demi kesejahteraan manusia
Domisili semar adalah sebagai lurah karangdempel / (karang = gersang)
dempel = keteguhan jiwa.
Rambut semar "kuncung" (jarwadasa/pribahasa jawa kuno) maknanya
hendak mengatakan : akuning sang kuncung = sebagai kepribadian
pelayan.
Semar sebagai pelayan mengejawantah melayani umat, tanpa pamrih,
untuk melaksanakan ibadah amaliah sesuai dengan sabda Ilahi.
Semar berjalan menghadap keatas,
maknanya : "dalam perjalanan anak manusia perwujudannya ia memberikan
teladan agar selalu memandang keatas (sang Khaliq ) yang maha
pengasih serta penyayang umat".
Kain semar Parangkusumorojo: perwujudan Dewonggowantah (untuk
menuntun manusia) agar memayuhayuning bawono : mengadakan keadilan
dan kebenaran di bumi.
ciri sosok semar adalah
Semar berkuncung seperti kanak kanak,namun juga berwajah sangat tua
Semar tertawanya selalu diakhiri nada tangisan
Semar berwajah mata menangis namun mulutnya tertawa
Semar berprofil berdiri sekaligus jongkok
Semar tak pernah menyuruh namun memberikan konsekwensi atas
nasehatnya
Dari tokoh Semar wayang ini akan dapat dikupas ,dimengerti dan
dihayati sampai dimana wujud religi yang telah dilahirkan oleh
kebudayaan Jawa .
Gambar tokoh Semar nampaknya merupakan simbol pengertian atau
konsepsi dari aspek sifat Ilahi, yang kalau dibaca bunyinya katanya
ber bunyi:
Semar (pralambang ngelmu gaib) - kasampurnaning pati.
Gambar kaligrafi jawa tersebut bermakna :
Bojo sira arsa mardi kamardikan, ajwa samar sumingkiring dur-kamurkan
Mardika artinya "merdekanya jiwa dan sukma",
maksudnya dalam keadaan tidak dijajah oleh hawa nafsu dan
keduniawian, agar dalam menuju kematian sempurna tak ternodai oleh
dosa.
Manusia jawa yang sejati dalam membersihkan jiwa (ora kebanda ing
kadonyan, ora samar marang bisane sirna durka murkamu)
artinya : "dalam menguji budi pekerti secara sungguh-sungguh akan
dapat mengendalikan dan mengarahkan hawa nafsu menjadi suatu kekuatan
menuju kesempurnaan hidup".
Dalam Etika Jawa disebutkan bahwa Semar dalam pewayangan adalah
punakawan " Abdi " Pamomong " yang paling dicintai.
Apabila muncul di depan layar, ia disambut oleh gelombang simpati
para penonton.
Seakan-akan para penonton merasa berada dibawah pengayomannya.
Simpati para penonton itu ada hubungannya dengan mitologi Jawa atau
Nusantara yang menganggap bahwa Semar merupakan tokoh yang berasal
dari Jawa atau Nusantara.
Ia merupakan dewa asli Jawa yang paling berkuasa.
Meskipun berpenampilan sederhana, sebagai rakyat biasa, bahkan
sebagai abdi, Semar adalah seorang dewa yang mengatasi semua dewa.
Ia adalah dewa yang ngejawantah " menjelma " ( menjadi manusia ) yang
kemudian menjadi pamong para Pandawa dan ksatria utama lainnya yang
tidak terkalahkan.
Ia merupakan pribadi yang bernilai paling bijaksana berkat sikap
bathinnya dan bukan karena sikap lahir dan keterdidikannya .
Ia merupakan pamong yang sepi ing pamrih, rame ing ngawe " sepi akan
maksud, rajin dalam bekerja dan memayu hayuning bawana " menjaga
kedamaian dunia .
Dari segi etimologi, Semar berasal dari sar yang berarti sinar "
cahaya ". jadi Semar berarti suatu yang memancarkan cahaya atau dewa
cahaya, sehingga ia disebut juga Nurcahya atau Nurrasa yang didalam
dirinya terdapat atau bersemayam Nur Muhammad, Nur Illahi atau sifat
Ilahiah.
Semar yang memiliki rupa dan bentuk yang samar, tetapi mempunyai
segala kelebihan yang telah disebutkan itu.
Mari kita kupas pemahamannya di dalam batin masing-masing, dengan
memberdayakan "rasa".
Banyak dari kita yang semakin mengagungkan keilmuan yang seakan
bersumber dari luar negri, pada kesempatan ini saya ingin mengajak
untuk sejenak menengok kebudayaan kita symbol SEMAR, saya kutip dari
artikel yang menarik sebagai bahan pembelajaran kita.
Sebelumnya mari kita sejenak merenung, kenapa kita harus terlahir ?
Semar dalam bahasa Jawa (filosofi Jawa) disebut Badranaya
Bebadra = Membangun sarana dari dasar
Naya = Nayaka = Utusan mangrasul
Artinya : Mengembani sifat membangun dan melaksanakan perintah Allah
demi kesejahteraan manusia
Domisili semar adalah sebagai lurah karangdempel / (karang = gersang)
dempel = keteguhan jiwa.
Rambut semar "kuncung" (jarwadasa/pribahasa jawa kuno) maknanya
hendak mengatakan : akuning sang kuncung = sebagai kepribadian
pelayan.
Semar sebagai pelayan mengejawantah melayani umat, tanpa pamrih,
untuk melaksanakan ibadah amaliah sesuai dengan sabda Ilahi.
Semar berjalan menghadap keatas,
maknanya : "dalam perjalanan anak manusia perwujudannya ia memberikan
teladan agar selalu memandang keatas (sang Khaliq ) yang maha
pengasih serta penyayang umat".
Kain semar Parangkusumorojo: perwujudan Dewonggowantah (untuk
menuntun manusia) agar memayuhayuning bawono : mengadakan keadilan
dan kebenaran di bumi.
ciri sosok semar adalah
Semar berkuncung seperti kanak kanak,namun juga berwajah sangat tua
Semar tertawanya selalu diakhiri nada tangisan
Semar berwajah mata menangis namun mulutnya tertawa
Semar berprofil berdiri sekaligus jongkok
Semar tak pernah menyuruh namun memberikan konsekwensi atas
nasehatnya
Dari tokoh Semar wayang ini akan dapat dikupas ,dimengerti dan
dihayati sampai dimana wujud religi yang telah dilahirkan oleh
kebudayaan Jawa .
Gambar tokoh Semar nampaknya merupakan simbol pengertian atau
konsepsi dari aspek sifat Ilahi, yang kalau dibaca bunyinya katanya
ber bunyi:
Semar (pralambang ngelmu gaib) - kasampurnaning pati.
Gambar kaligrafi jawa tersebut bermakna :
Bojo sira arsa mardi kamardikan, ajwa samar sumingkiring dur-kamurkan
Mardika artinya "merdekanya jiwa dan sukma",
maksudnya dalam keadaan tidak dijajah oleh hawa nafsu dan
keduniawian, agar dalam menuju kematian sempurna tak ternodai oleh
dosa.
Manusia jawa yang sejati dalam membersihkan jiwa (ora kebanda ing
kadonyan, ora samar marang bisane sirna durka murkamu)
artinya : "dalam menguji budi pekerti secara sungguh-sungguh akan
dapat mengendalikan dan mengarahkan hawa nafsu menjadi suatu kekuatan
menuju kesempurnaan hidup".
Dalam Etika Jawa disebutkan bahwa Semar dalam pewayangan adalah
punakawan " Abdi " Pamomong " yang paling dicintai.
Apabila muncul di depan layar, ia disambut oleh gelombang simpati
para penonton.
Seakan-akan para penonton merasa berada dibawah pengayomannya.
Simpati para penonton itu ada hubungannya dengan mitologi Jawa atau
Nusantara yang menganggap bahwa Semar merupakan tokoh yang berasal
dari Jawa atau Nusantara.
Ia merupakan dewa asli Jawa yang paling berkuasa.
Meskipun berpenampilan sederhana, sebagai rakyat biasa, bahkan
sebagai abdi, Semar adalah seorang dewa yang mengatasi semua dewa.
Ia adalah dewa yang ngejawantah " menjelma " ( menjadi manusia ) yang
kemudian menjadi pamong para Pandawa dan ksatria utama lainnya yang
tidak terkalahkan.
Ia merupakan pribadi yang bernilai paling bijaksana berkat sikap
bathinnya dan bukan karena sikap lahir dan keterdidikannya .
Ia merupakan pamong yang sepi ing pamrih, rame ing ngawe " sepi akan
maksud, rajin dalam bekerja dan memayu hayuning bawana " menjaga
kedamaian dunia .
Dari segi etimologi, Semar berasal dari sar yang berarti sinar "
cahaya ". jadi Semar berarti suatu yang memancarkan cahaya atau dewa
cahaya, sehingga ia disebut juga Nurcahya atau Nurrasa yang didalam
dirinya terdapat atau bersemayam Nur Muhammad, Nur Illahi atau sifat
Ilahiah.
Semar yang memiliki rupa dan bentuk yang samar, tetapi mempunyai
segala kelebihan yang telah disebutkan itu.
Mari kita kupas pemahamannya di dalam batin masing-masing, dengan
memberdayakan "rasa".